Oleh : Warsana, SP. MSi
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa
jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam
barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau
lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau
bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari
secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan
hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan
saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara
optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu
petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan
dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan
untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal
mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk
tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang
ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih
lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh
terhadap hasil secara keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah
untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam
tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun
penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman
lain yang ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan
yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola
tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja,
pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat
diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih
dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu
jenis tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan
penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini
kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah
dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan kadang kurang
jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober sampai awal
Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Selain
membuat tanah menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah
sambil membuang gulma yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan
sebaiknya menghadap ke barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm.
Antara dua guludan dibuat saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar
saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun
kacang tanah tidak tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah,
diatur dimana jagung sebagai tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman
sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas)
varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat
dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm,
sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap
hektar lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam),
sehingga populasi tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang.
Sedangkan untuk kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas
Jerapah, varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman
kacang tanah adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris
tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang
tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam
dan pada saat tanaman telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah
120 kg Urea, 65 kg SP- 36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah
40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan.
Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl,
satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg
KCL, selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian
dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan tanaman dengan
kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan kemudian ditutup
kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman,
sedangkan untuk kacang tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan
tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi
beberapa kegiatan antara lain penyulaman, penyiangan dan pembumbunan.
Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi
oleh gulma bila tidak dilakukan penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung
dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara
5-10 hari setelah tanam. Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama
melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak
sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma
tumbuh dominan dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan
pada saat tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan
setelah tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan menggemburkan
tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang tanah sebaiknya
dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga
sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar
kesehatan tanaman dapat terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun penghisap
daun.
Panen Pemanenan tanaman jagung dapat dilakukan
setelah tanaman berumur sekitar 90 hari, dengan tanda-tanda biji jagung cukup
tua untuk dipanen, yaitu: klobot telah berwarna kuning kecoklatan, bila dikupas
biji terlihat mengkilap dan bila ditekan dengan kuku tidak meninggalkan
bekas.
Cara panen dilakukan dengan menyabit batang jagung
setinggi pinggang, kemudian jagung langsung dipetik dan dikupas klobotnya
dijemur sampai kadar air 12%, saat menjemur jangan membiarkan tongkol jagung
terhampar di atas tanah tanpa diberi alas karena akan mudah terkontaminasi
jamur. Biji yang telah kering dipipil dan kemudian ditampi, dan kemudian
dimasukkan ke dalam karung yang bersih dan jagung sudah siap untuk dijual.
Tanaman kacang tanah siap untuk dipanen apabila
telah berumur kurang lebih 100 hari. Adapun tanda-tanda tanaman siap panen,
antara lain: tanaman telah tua sebagian besar daun telah menguning, bila
dicabut 75% polong telah
mengeras dan guratan kulit polong terlihat nyata,
bila polong dikupas warna bagian dalam kulit kehitaman.
Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman. Untuk
menghindari banyak polong yang tertinggal dalam tanah maka diusahakan panen
pada saat tanah lembab atau basah, kalau kondisi tanah kering sebelum dipanen
sebaiknya tanah disiram air telebih dahulu. Setelah itu tanaman dicabut dan
ditumpuk dengan rapi dipinggir lahan sampai tanaman selesai dicabut.
Petiklah polong dengan hati-hati, dan sekaligus saat
pemetikan polong ini disortir polong cacat, busuk ataupun kosong dibuang.
Setelah itu polong-polong kacang tanah dikumpukan dan kemudian dijemur di bawah
terik matahari. Pada kondisi matahari cerah, polong sudah cukup kering setelah
dijemur ke dalam karung yang bersih, dan siap untuk disimpan ataupun
dipasarkan.
Oleh: Warsana, SP. MSi
Penulis adalah Penyuluh Pertanian di BPTP Jawa Tengah
Sumber artikel: http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/234/
Sumber gambar :
Nama : Hastarina Nurul Mulia
Golongan B4 kelompok 2
Nim: 13333
Nama : Julia Inka Henofa
BalasHapusNIM : 13491
Golongan : B4
Kelompok : 1
-Nilai Penyuluhan
1. teknologi/ide baru : tidak ada ide baru, karena ide tumpangsari terlebih lagi tumpangsari pada jagung dan kacang tanah sudah sering dilakukan.
2. Sasaran:
-langsung : Petani dan keluarganaya, masyarakat luas.
-tidak langsung : Penyuluh, PPL, agen-agen produksi pertanian
3. Manfaat : ide ini memberikan banyak manfaat bagi petani atau yang membutuhkan, karena dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan budidaya tanaman suatu komoditas.
4. Nilai pendidikan : ide ini menarik untuk dipelajari dan dikembangkan karena memberikan banyak manfaat untuk yang membutuhkan.
-Nilai Berita
1. Proximity :ide ini bersifat dekat dengan petani karena mudah untuk diterapkan
2. Importance : ide ini mengandung informasi yang penting karena dapat memberikan banyak maanfaar bagi yang membutuhkan dan menjadi solusi dalam budidaya tanaman lahan sempit.
3. prominence : dikemukakakn oleh Warsana, SP. MSi yang mana adalah Penyuluh Pertanian di BPTP Jawa Tengah
4. Human Interest : ide ini menarik minat banyak orang karena mengandung informasi yang dapat berguna dalam mengefisienkan dan mengefektifkan budidaya suatu komoditas.