Berkembangnya pasar swalayan dan
hotel berbintang di Kota Bandarlampung ikut mengerek permintaan terhadap sayuran
segar dan berkualitas. Peluang pasar ini dimanfaatkan warga
Bandarlampung untuk menanam sayuran dengan sistem hidroponik di tengah kota.
Salah satu warga yang jeli menangkap peluang tersebut adalah Endrawati, Kepala Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan Langkapura, Kota
Bandarlampung. Dengan merogoh kocek sebesar Rp50 juta, ia membuka kebun sayuran
sistem hidroponik pada lahan seluas 300 m2 di ibukota Provinsi
Lampung sejak 2012. Modal sebesar itu cukup untuk membangun 22 meja (kotak) untuk
menanam sayuran.
Sumber: http://www.rumahku.com/berita/read/cara-menanam-hidroponik-407452
Panen
Dua Hari Sekali
Endrawati terinspirasi untuk membuka
kebun sayuran tersebut lantaran menyaksikan usaha serupa yang dikembangkan kerabatnya
di Pondok Cabe, Tangerang, Banten. “Berkebun sayuran hidroponik tidak
membutuhkan lahan yang luas, praktis karena sayuran ditanam pada pipa-pipa
dialiri air yang sudah diberi nutrisi. Lalu juga tidak butuh banyak tenaga
kerja,” ujar Endrawati kepada AGRINA di kebunnya.
Jadi, lanjut Endrawati, kebun sayuran
hidroponik merupakan solusi di kawasan perkotaan yang lahannya terbatas.
Apalagi permintaan sayuran hidroponik nonpestisida terus berkembang. Di lahan
bekas tanaman buah naga, ia menanam sayuran impor dan lokal. Sayuran impor
berupa aneka selada, yakni jenis Cristine (selada air), Locarno (selada daun
kecil), Concorde (selada merah), Monday (selada merah), dan Tiberius (selada
daun lebar). Bibit sayuran impor ini dipesannya dari Belanda. Sedangkan sayuran
lokalnya antara lain kangkung.
Sumber: http://budidayahidroponik.blogspot.com/2014_02_01_archive.html
Pembibitan dan penanaman sayuran
dilakukan pada talang yang diatur dengan sirkulasi air tetap terkontrol dari
satu bak menggunakan pompa secara terus menerus. Khusus untuk air, harus
berasal dari sumur bor, bukan air PDAM. Pasalnya, air PDAM mengandung berbagai
zat kimia bisa sehingga jika digunakan sebagai sumber air, sayurannya tidak akan
tumbuh baik.
Pola tanamnya diatur sedemikian rupa sehingga panen bisa dilakukan dua hari sekali. Satu siklus tanaman sekitar 40 hari. Untuk memelihara kebun sayurannya, wanita setengah baya ini mempekerjakan empat orang tenaga kerja. Ini sudah termasuk tenaga untuk mengantar sayuran ke pelanggannya.
Sumber artikel: http://agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=5242
Nama : Fitri Nuur Ainii
NIM : 13100
Gol/Kel : B4 / 2
Nama: Ary Virgianti Setyaningrum
BalasHapusNIM: 13212
Golongan: B4
Kelompok: 1
1. Nilai Penyuluhan yang terkandung dalam artikel diatas adalah
a. Ide baru, tidak ada ide yang baru, karena hal tersebut sudah sering dilakukan.
b. Sasaran
Sasaran Langsung : masyarakat perkotaan, petani
Sasaran Tidak Langsung : agen-agen pemasaran, pengusaha bidang pertanian.
c. Adanya Manfaat
-dengan menanam secara hidroponik dapat menambah pendapatan, selain itu dapat memanfaatkan lahan sempit dan menggunakan barang, selain menambah pendapatan, juga ramah lingkungan dan juga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja
-merupakan solusi perkebunabn di wilayah perkotaa
d. Adanya Nilai Pendidikan, yaitu
menjadikan masyarakat untuk dapat mengembangkan ide2 baru yang kreatif.
2. Nilai Berita
Nilai berita yang terkandung dalam artikel diatas antara lain
a. Proximity : artikel tersebut bersifat dekat dengan petani/masyarakat karena dapat dengan mudah untuk diterapkan
b. Importance : artikel tersebut mengandung informasi yang dibutuhkan oleh petani/masyarakat
c. Prominence : seseorang yang telah sukses dalam mengeembangkan teknik hidroponik.
d. Development : kebutuhan masyarakat akan tanaman organic yang mulai meningkat membuat usaha ini dapat menjadikan peluang usaha bagi masyarakat.
e.human interest: dapat menarik seseorang untuk ikut melakukan hal yang sama yaitu membuat usaha tanaman hidroponik, karena dengan lahan sempit dan minimnya tenaga kerja dapat menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi.