Sumber :
http://kitapertaniandampit.blogspot.com/
Hasilkan pisang mas
kirana 90% kelas A
Shohibul Fatah tak main-main
membudidayakan 620 tanaman pisang mas kirana di lahan 3,25 hektar. Perkebunan
di Desa Kampung tepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu
membuang sisir paling bawah sepekan pasca pembentukan buah kemudian membungkus
seluruh tandan buah dengan karung beras. Banyak pekebun pisang yang meledeknya.
Lazimnya budidaya pisang konvensional hanya tanam, tanpa perawatan lalu panen.
“Tanpa dirawat saja bisa laku, ngapain repot-repot membungkus buah,” kata
Shohibul Fatah menirukan ledekan pekebun itu. Menurut Shobib pembuangan sisir
buah paling bawah jika buah rusak atau tidak normal, sehingga rugi jika
merawatnya sampai panen. “Mending nutrisinya diserap buah yang masih sehat,”
kata Shohib. Pembungkusan buah berfungsi mencegah serangan hama dan penyakit.
Peneliti pisang dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika di Solok, Sumatera
Barat, Drs. Edison HS mengatakan, “Pembungkusan membuat buah pisang tetap mulus
dan sehat, bermanfaat juga untuk mencegah hewan-hewan pemakan buah seperti
kelelawar” kata Edison.
Mulus
Menurut Edison dengan membungkus
buah, pisang terlindung dari serangga-serangga yang membawa bakteri Pseudomonas
solanacearum, penyebab penyakit layu bakteri. Serangga-serangga itu seperti
ngengat dan lebah. Selain terhindar dari serangan layu bakteri, kulit buah juga
tetap bersih dari bercak-bercak kehitaman. Edison mengatakan bahwa bercak hitam
itu berasal dari ngengat kudis Nacola ostasema. “Ngengat menyerang
pisang dengan meletakkan telur dalam buah sehingga buah menjadi rusak dan
busuk,” tuturnya. Pengendalian hama itu bisa dengan menyemprotkan insektisida
berbahan aktif provenovos dengan dosis sesuai dikemasan. Penyemprotan dilakukan
pada Bungan yang baru mekar agar residu pestisida sudah hilang saat panen
sehingga pisang aman untuk dikonsumsi. Pekebun menuai pisang 3,5 bulan pasca
mekar bunga.
Menurut Edison hama lain adalah
penggerek batang Odoiporus longicolis. Serangan penggerek batang dapat
menyebabkan tanaman pisang tumbang. Akibatnya tidak bisa panen. Ciri-cirinya
yaitu ditandai dengan munculnya lubang di sepanjang batang semu.
Pengendaliannya yaitu dengan menyuntikkan insektisida berbahan aktif provenovos
pada batang tanaman dengan dosis penyemprotan sesuai kemasan. Menurut Petugas
Penyuluh Lapangan Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Lili SP MMA, pekebun
patut mewaspadai hama ulat pengggulung daun Erionata thrax. Kerugian yang
dibuat bisa mencapai 70%. Cara menangulangi hama tersebut menurut Lili adalah
dengan pengontrolan kebun.
Shohib membudidayakan pisang secara
intensif. Ia memberikan pupuk 4 bulan sekali berupa pupuk kandang kambing
dengan dosis 15 kg per tanaman. Selain Shohib juga ada Muhammad Alianto,
pekebun pisang mas kirana di Tirtoyudho, Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga
melakukan budidaya pisang mas kirana secara intensif.
sumber :
http://www.kaskus.co.id/thread/50f0f3bb0176083420000005/wts-hasil-olahan-pisang
Grade
Selain membungkus dan menyeleksi buah, Alianto juga memberikan pupuk campuran
NPK, SP-36 dan Phonska dengan perbandingan 1:1:1. Dosisnya segenggam per tiga
bulan per tanaman. Ia menaburkan pupuk itu disekeliling batang. Selain itu ia
juga memangkas daun-daun tua setengah bulan sekali. Ali juga menyemprotkan
insektisida berbahan aktif Sipermetrin sebelum membungkus buah dengan dosis
disesuaikan dengan yang tertera pada kemasan.
Budidaya intensif menghasilkan
pisang mas kirana berkualitas tinggi. “Jika perawatan intensif, 90% bisa masuk
grade A,” kata Ali. Sebaliknya jika perwatan kurang intensif terutama soal
pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, bobot pisang bisa dibawah 800
gram dan tidak mulus sehingga tidak masuk grade A yang harganya jauh lebih
tinggi dari grade B atau C. Menurut Rully Hardiansyah, manajer pengembangan, PT
Sewu Segar Nusantara di Tangerang, Provinsi Banten, pihaknya hanya menerima
pisang mas kirana dalam dua kelas. Kelas A berbobot diatas 800 gram per sisir
dengan toleransi kecacatan kulit makasimal 10%, tingkat kematangan 80%, dan
bentuk sisir sempurna. Kelas B berbobot diatas 600 gram dengan toleransi
kecacatan kulit maksimal 15%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir
toleransi maksimal 20%.
Lebih
untung
Alianto dan Shohib memanen
pisang mas kirana dengan tingkat kematangan 70-80%, atau saat umur pisang
sekitar 11 bulan pasca tanam. Mereka menghasilkan pisang mas kirana berkualitas
tinggi, yakni 80-90% masuk kelas A. Meski berkualitas tinggi, biaya produksi
relatif rendah. Menurut Shohib biaya produksi hanya Rp 15.000,00-Rp20.000,00
per tanaman per tahun. Biaya tersebut sudah termasuk bibit, pupuk, dan tenaga
kerja tanpa sewa lahan. Pada tahun kedua ia tidak lagi mengeluarkan biaya untuk
pembelian bibit karena mengandalkan anakan. Satu tanaman rata-rata memiliki 3
anakan. Biaya produksi mencapai Rp 3.500,00 per tanaman.
Ditambah pembelian karung beras
seharga Rp 1.000,00 dan dapat dipakai 2-3 kali, sehingga biaya per tanaman bisa
mencapai Rp 4.000,00. Menurut Shohib dengan total 620 tanaman, ia bisa memanen
20 tandan dari 20 batang atau 100 kg per minggu karena bobot per tandan
mencapai 5-6 kg. Dari 100 kg, 94 kg masuk kelas A dengan harga Rp 5.700,00 per
kg, sementara sisanya 6 kg masuk kelas B dengan harga Rp 3.000,00 per kg.
Keuntungan Shohib Rp 553.800,00 dikurangi biaya produksi Rp 4.000,00 per pohon
maka keuntungan bersihnya Rp 473.800,00. Dengan budidaya intensif keuntungan
shohib bertambah Rp 91.800,00 per pecan dan bisa lebih besar lagi jika jumlah
pohon yang ia tanam lebih banyak. (Bondan Setyawan)
Nama : Nindy
Sevirasari
NIM : 13257
Sumber : Trubus
533 - April 2014/XLV. Hal. 82-83.
Anasilis Cyber Extention
BalasHapusNama : Bio Gama R
NIM : 13448
Golongan : B4
Kelompok : 1
A. Sumber Teknologi atau Ide
Menurut saya, artikel ini sudah pernah dibicarakan di berbagai berita, tetapi bersifat mengembangkan ide yang sudah jarang sekali dilakukan oleh para petani pekebun pisang lainnya. Teknik untuk menutup buah dengan menggunakan karung plastik merupakan teknik alami untuk budidaya tanaman.
B. Secara Informasi
Secara langsung informasi ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada para petani yang khususnya membudidayakan tanaman pisang. Selain itu informasi ini secara langsung juga mengajak para petani pembudidaya pisang untuk menerapkan teknik menutup buah dengan menggunakan karung plastik karena ramah lingkungan dan lebih menguntungkan dalam segi hasil produksi.
Secara tidak langsungnya adalah penyuluh bidang pertanian dan penyuluh swadaya. Selain itu juga kepada pemilik modal besar yang ingin mengembangkan usaha perkebunan pisang.
C. Adaya Manfaat.
Menurut saya dengan adanya informasi ini dapat membantu petani dalam masalah budidaya tanaman pisang. Penerapan teknik membungkus buah ini mempunyai manfaat antara lain adalah pisang terlindung dari serangga-sarangga pembawa bakteri, menjaga kulit buah tetap bersih dari bercak-bercak hitam dan serangan hama pengerek batang.
Petani dapat menjaga kearifan lokal dan lingkungan dari pestisida kimia yang dapat merusak lingkungan dan biasa digunakan untuk memberantas hama dan penyakit. Selain itu, hasil yang panen yang didapatkan juga menguntungkan karena bobotnya yang besar dan kualitasnya yang baik.
D. Nilai Pendidikan.
Menurut saya artikel ini mengandung nilai pendidikan seperti penerapan teknik menutup buah dapat meminilalisir penggunaan pestisida kimia. Penerapan teknik ini jika dikembangkan lagi dapat membantu petani pisang atau menjadi solusi untuk budidaya tanaman secara organik.
Tanaman pisang merupakan tanaman buah-buahan yang mengandung banyak nutrisi bagi tubuh. Kebutuhan nutrisi manusia sangat beragam sehingga kualitas dari hasil perkebunan pisang harus terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut.
Nilai berita yang disampaikan
Proximity : tulisan ini bersifat dekat dengan petani karena banyak petani pisang yang
sudah menerapkan teknik budidaya ini.
Importance : Tulisan ini penting menurut saya, karena bersifat memberikan informasi
tentang penaggulangan hama secara alami, dan juga dapat meningkatkan hasil produksi tanaman pisang melalui teknik tersebut.
Consequence : Artikel ini memberikan solusi bagi petani pisang untuk membudidayakan
pisang dengan teknik menutup buah. Solusi yang ditawarkan oleh artikel ini adalah pengendalian hama secara alami kepada para petani pisang lainnya dan mendapatkan keuntungan yang besar.
Policy : menurut saya artikel ini juga memberikan solusi kepada petani yang ingin
membudidayakan tanaman pisang dalam hal pengendalian hama penyakit tumbuhan secara alami dan lebih menuju pertanian organik.
Development : Peningkatan jumlah produksi panen biasanya para petani kebanyakan
menggunakan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Namun, dengan penerapan teknik ini petani tidak perlu menggunakan pestisida kimia karena hama dan penyakit dapat dicegah menggunakan teknik penutupan buah ini. Maka hal ini selaras dengan program pemerintah yang sedang berjalan yaitu penerapan pertanian yang berkelanjutan.
Conflict : Menurut saya dalam artikel ini terdapat konflik yaitu petani yang sudah
sering menggunakan pestisida untuk membasmi hama dan penyakit harus beralih menggunakan cara alami membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dengan pengalaman-pengalaman yang sudah bertahun-tahun menggunakan pestisida kimia untuk berubah mengguanakan cara-cara yang alami.