Rabu, 03 Desember 2014
Simulasi Penyuluhan
Pada hari Senin, tanggal 1 Desember 2014 lalu kami mengadakan simulasi penyuluhan mengenai Pencegahan Pathek dengan Daun Mimba. Penyuluhan ini kami lakukan kepada kelompok tani Sidomakmur di sekitar Plumbon, Banguntapan. Pada penyuluhan ini kami menggunakan alat peraga berupa poster. Berikut adalah foto-foto kami setelah melakukan penyuluhan:
Sabtu, 08 November 2014
Budidaya Sayuran Hidroponik, Dua Tahun Kembali Modal
Berkembangnya pasar swalayan dan
hotel berbintang di Kota Bandarlampung ikut mengerek permintaan terhadap sayuran
segar dan berkualitas. Peluang pasar ini dimanfaatkan warga
Bandarlampung untuk menanam sayuran dengan sistem hidroponik di tengah kota.
Salah satu warga yang jeli menangkap peluang tersebut adalah Endrawati, Kepala Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan Langkapura, Kota
Bandarlampung. Dengan merogoh kocek sebesar Rp50 juta, ia membuka kebun sayuran
sistem hidroponik pada lahan seluas 300 m2 di ibukota Provinsi
Lampung sejak 2012. Modal sebesar itu cukup untuk membangun 22 meja (kotak) untuk
menanam sayuran.
Sumber: http://www.rumahku.com/berita/read/cara-menanam-hidroponik-407452
Panen
Dua Hari Sekali
Endrawati terinspirasi untuk membuka
kebun sayuran tersebut lantaran menyaksikan usaha serupa yang dikembangkan kerabatnya
di Pondok Cabe, Tangerang, Banten. “Berkebun sayuran hidroponik tidak
membutuhkan lahan yang luas, praktis karena sayuran ditanam pada pipa-pipa
dialiri air yang sudah diberi nutrisi. Lalu juga tidak butuh banyak tenaga
kerja,” ujar Endrawati kepada AGRINA di kebunnya.
Jadi, lanjut Endrawati, kebun sayuran
hidroponik merupakan solusi di kawasan perkotaan yang lahannya terbatas.
Apalagi permintaan sayuran hidroponik nonpestisida terus berkembang. Di lahan
bekas tanaman buah naga, ia menanam sayuran impor dan lokal. Sayuran impor
berupa aneka selada, yakni jenis Cristine (selada air), Locarno (selada daun
kecil), Concorde (selada merah), Monday (selada merah), dan Tiberius (selada
daun lebar). Bibit sayuran impor ini dipesannya dari Belanda. Sedangkan sayuran
lokalnya antara lain kangkung.
Sumber: http://budidayahidroponik.blogspot.com/2014_02_01_archive.html
Pembibitan dan penanaman sayuran
dilakukan pada talang yang diatur dengan sirkulasi air tetap terkontrol dari
satu bak menggunakan pompa secara terus menerus. Khusus untuk air, harus
berasal dari sumur bor, bukan air PDAM. Pasalnya, air PDAM mengandung berbagai
zat kimia bisa sehingga jika digunakan sebagai sumber air, sayurannya tidak akan
tumbuh baik.
Pola tanamnya diatur sedemikian rupa sehingga panen bisa dilakukan dua hari sekali. Satu siklus tanaman sekitar 40 hari. Untuk memelihara kebun sayurannya, wanita setengah baya ini mempekerjakan empat orang tenaga kerja. Ini sudah termasuk tenaga untuk mengantar sayuran ke pelanggannya.
Sumber artikel: http://agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=5242
Nama : Fitri Nuur Ainii
NIM : 13100
Gol/Kel : B4 / 2
Jumat, 07 November 2014
Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah
Oleh : Warsana, SP. MSi
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa
jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam
barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau
lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau
bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari
secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan
hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan
saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara
optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu
petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan
dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan
untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal
mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk
tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang
ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih
lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh
terhadap hasil secara keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah
untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam
tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun
penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman
lain yang ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan
yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola
tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja,
pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat
diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih
dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu
jenis tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan
penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini
kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah
dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan kadang kurang
jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober sampai awal
Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Selain
membuat tanah menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah
sambil membuang gulma yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan
sebaiknya menghadap ke barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm.
Antara dua guludan dibuat saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar
saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun
kacang tanah tidak tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah,
diatur dimana jagung sebagai tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman
sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas)
varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat
dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm,
sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap
hektar lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam),
sehingga populasi tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang.
Sedangkan untuk kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas
Jerapah, varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman
kacang tanah adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris
tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang
tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam
dan pada saat tanaman telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah
120 kg Urea, 65 kg SP- 36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah
40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan.
Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl,
satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg
KCL, selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian
dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan tanaman dengan
kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan kemudian ditutup
kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman,
sedangkan untuk kacang tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan
tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi
beberapa kegiatan antara lain penyulaman, penyiangan dan pembumbunan.
Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi
oleh gulma bila tidak dilakukan penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung
dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara
5-10 hari setelah tanam. Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama
melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak
sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma
tumbuh dominan dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan
pada saat tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan
setelah tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan menggemburkan
tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang tanah sebaiknya
dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga
sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar
kesehatan tanaman dapat terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun penghisap
daun.
Panen Pemanenan tanaman jagung dapat dilakukan
setelah tanaman berumur sekitar 90 hari, dengan tanda-tanda biji jagung cukup
tua untuk dipanen, yaitu: klobot telah berwarna kuning kecoklatan, bila dikupas
biji terlihat mengkilap dan bila ditekan dengan kuku tidak meninggalkan
bekas.
Cara panen dilakukan dengan menyabit batang jagung
setinggi pinggang, kemudian jagung langsung dipetik dan dikupas klobotnya
dijemur sampai kadar air 12%, saat menjemur jangan membiarkan tongkol jagung
terhampar di atas tanah tanpa diberi alas karena akan mudah terkontaminasi
jamur. Biji yang telah kering dipipil dan kemudian ditampi, dan kemudian
dimasukkan ke dalam karung yang bersih dan jagung sudah siap untuk dijual.
Tanaman kacang tanah siap untuk dipanen apabila
telah berumur kurang lebih 100 hari. Adapun tanda-tanda tanaman siap panen,
antara lain: tanaman telah tua sebagian besar daun telah menguning, bila
dicabut 75% polong telah
mengeras dan guratan kulit polong terlihat nyata,
bila polong dikupas warna bagian dalam kulit kehitaman.
Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman. Untuk
menghindari banyak polong yang tertinggal dalam tanah maka diusahakan panen
pada saat tanah lembab atau basah, kalau kondisi tanah kering sebelum dipanen
sebaiknya tanah disiram air telebih dahulu. Setelah itu tanaman dicabut dan
ditumpuk dengan rapi dipinggir lahan sampai tanaman selesai dicabut.
Petiklah polong dengan hati-hati, dan sekaligus saat
pemetikan polong ini disortir polong cacat, busuk ataupun kosong dibuang.
Setelah itu polong-polong kacang tanah dikumpukan dan kemudian dijemur di bawah
terik matahari. Pada kondisi matahari cerah, polong sudah cukup kering setelah
dijemur ke dalam karung yang bersih, dan siap untuk disimpan ataupun
dipasarkan.
Oleh: Warsana, SP. MSi
Penulis adalah Penyuluh Pertanian di BPTP Jawa Tengah
Sumber artikel: http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/234/
Sumber gambar : abcmagron.blogspot.com
Nama : Hastarina Nurul Mulia
Golongan B4 kelompok 2
Nim: 13333
Bermutu Setelah Berselimut
Sumber :
http://kitapertaniandampit.blogspot.com/
Hasilkan pisang mas
kirana 90% kelas A
Shohibul Fatah tak main-main
membudidayakan 620 tanaman pisang mas kirana di lahan 3,25 hektar. Perkebunan
di Desa Kampung tepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu
membuang sisir paling bawah sepekan pasca pembentukan buah kemudian membungkus
seluruh tandan buah dengan karung beras. Banyak pekebun pisang yang meledeknya.
Lazimnya budidaya pisang konvensional hanya tanam, tanpa perawatan lalu panen.
“Tanpa dirawat saja bisa laku, ngapain repot-repot membungkus buah,” kata
Shohibul Fatah menirukan ledekan pekebun itu. Menurut Shobib pembuangan sisir
buah paling bawah jika buah rusak atau tidak normal, sehingga rugi jika
merawatnya sampai panen. “Mending nutrisinya diserap buah yang masih sehat,”
kata Shohib. Pembungkusan buah berfungsi mencegah serangan hama dan penyakit.
Peneliti pisang dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika di Solok, Sumatera
Barat, Drs. Edison HS mengatakan, “Pembungkusan membuat buah pisang tetap mulus
dan sehat, bermanfaat juga untuk mencegah hewan-hewan pemakan buah seperti
kelelawar” kata Edison.
Mulus
Menurut Edison dengan membungkus
buah, pisang terlindung dari serangga-serangga yang membawa bakteri Pseudomonas
solanacearum, penyebab penyakit layu bakteri. Serangga-serangga itu seperti
ngengat dan lebah. Selain terhindar dari serangan layu bakteri, kulit buah juga
tetap bersih dari bercak-bercak kehitaman. Edison mengatakan bahwa bercak hitam
itu berasal dari ngengat kudis Nacola ostasema. “Ngengat menyerang
pisang dengan meletakkan telur dalam buah sehingga buah menjadi rusak dan
busuk,” tuturnya. Pengendalian hama itu bisa dengan menyemprotkan insektisida
berbahan aktif provenovos dengan dosis sesuai dikemasan. Penyemprotan dilakukan
pada Bungan yang baru mekar agar residu pestisida sudah hilang saat panen
sehingga pisang aman untuk dikonsumsi. Pekebun menuai pisang 3,5 bulan pasca
mekar bunga.
Menurut Edison hama lain adalah
penggerek batang Odoiporus longicolis. Serangan penggerek batang dapat
menyebabkan tanaman pisang tumbang. Akibatnya tidak bisa panen. Ciri-cirinya
yaitu ditandai dengan munculnya lubang di sepanjang batang semu.
Pengendaliannya yaitu dengan menyuntikkan insektisida berbahan aktif provenovos
pada batang tanaman dengan dosis penyemprotan sesuai kemasan. Menurut Petugas
Penyuluh Lapangan Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Lili SP MMA, pekebun
patut mewaspadai hama ulat pengggulung daun Erionata thrax. Kerugian yang
dibuat bisa mencapai 70%. Cara menangulangi hama tersebut menurut Lili adalah
dengan pengontrolan kebun.
Shohib membudidayakan pisang secara
intensif. Ia memberikan pupuk 4 bulan sekali berupa pupuk kandang kambing
dengan dosis 15 kg per tanaman. Selain Shohib juga ada Muhammad Alianto,
pekebun pisang mas kirana di Tirtoyudho, Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga
melakukan budidaya pisang mas kirana secara intensif.
sumber :
http://www.kaskus.co.id/thread/50f0f3bb0176083420000005/wts-hasil-olahan-pisang
Grade
Selain membungkus dan menyeleksi buah, Alianto juga memberikan pupuk campuran
NPK, SP-36 dan Phonska dengan perbandingan 1:1:1. Dosisnya segenggam per tiga
bulan per tanaman. Ia menaburkan pupuk itu disekeliling batang. Selain itu ia
juga memangkas daun-daun tua setengah bulan sekali. Ali juga menyemprotkan
insektisida berbahan aktif Sipermetrin sebelum membungkus buah dengan dosis
disesuaikan dengan yang tertera pada kemasan.
Budidaya intensif menghasilkan
pisang mas kirana berkualitas tinggi. “Jika perawatan intensif, 90% bisa masuk
grade A,” kata Ali. Sebaliknya jika perwatan kurang intensif terutama soal
pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, bobot pisang bisa dibawah 800
gram dan tidak mulus sehingga tidak masuk grade A yang harganya jauh lebih
tinggi dari grade B atau C. Menurut Rully Hardiansyah, manajer pengembangan, PT
Sewu Segar Nusantara di Tangerang, Provinsi Banten, pihaknya hanya menerima
pisang mas kirana dalam dua kelas. Kelas A berbobot diatas 800 gram per sisir
dengan toleransi kecacatan kulit makasimal 10%, tingkat kematangan 80%, dan
bentuk sisir sempurna. Kelas B berbobot diatas 600 gram dengan toleransi
kecacatan kulit maksimal 15%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir
toleransi maksimal 20%.
Lebih
untung
Alianto dan Shohib memanen
pisang mas kirana dengan tingkat kematangan 70-80%, atau saat umur pisang
sekitar 11 bulan pasca tanam. Mereka menghasilkan pisang mas kirana berkualitas
tinggi, yakni 80-90% masuk kelas A. Meski berkualitas tinggi, biaya produksi
relatif rendah. Menurut Shohib biaya produksi hanya Rp 15.000,00-Rp20.000,00
per tanaman per tahun. Biaya tersebut sudah termasuk bibit, pupuk, dan tenaga
kerja tanpa sewa lahan. Pada tahun kedua ia tidak lagi mengeluarkan biaya untuk
pembelian bibit karena mengandalkan anakan. Satu tanaman rata-rata memiliki 3
anakan. Biaya produksi mencapai Rp 3.500,00 per tanaman.
Ditambah pembelian karung beras
seharga Rp 1.000,00 dan dapat dipakai 2-3 kali, sehingga biaya per tanaman bisa
mencapai Rp 4.000,00. Menurut Shohib dengan total 620 tanaman, ia bisa memanen
20 tandan dari 20 batang atau 100 kg per minggu karena bobot per tandan
mencapai 5-6 kg. Dari 100 kg, 94 kg masuk kelas A dengan harga Rp 5.700,00 per
kg, sementara sisanya 6 kg masuk kelas B dengan harga Rp 3.000,00 per kg.
Keuntungan Shohib Rp 553.800,00 dikurangi biaya produksi Rp 4.000,00 per pohon
maka keuntungan bersihnya Rp 473.800,00. Dengan budidaya intensif keuntungan
shohib bertambah Rp 91.800,00 per pecan dan bisa lebih besar lagi jika jumlah
pohon yang ia tanam lebih banyak. (Bondan Setyawan)
Nama : Nindy
Sevirasari
NIM : 13257
Sumber : Trubus
533 - April 2014/XLV. Hal. 82-83.
Kamis, 06 November 2014
Kala Halaman Rumah Sempit Disulap Jadi Kebun Sayur dan Budidaya Ikan
Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Aquaponic-2.jpg
Lahan halaman rumah sempit tak
membuat Asriyadi Alexander Mering, warga Kelurahan Tanjung Hulu, Kecamatan Pontianak
Timur, Pontianak, ini urung bercocok tanam. “Tak perlu mimpi besar menghasilkan
sesuatu yang bermakna bagi keluarga.” Begitu kata pria yang pernah aktif di
dunia jurnalistik ini.
Bagaimana caranya? Mering membuat
perkebunan aquaponic di halaman rumah yang sempit. Alhasil, suasana rumah
menjadi sejuk, dan hijau. Kebutuhan pangan keluargapn terpenuhi bahkan
menghasilkan. “Urusan dapur, amanlah. Sayur yang kita konsumsi pun semua
organik. Mau makan lele atau nila, kita sudah budidaya,” katanya Selasa
(1/4/14).
Mering menyulap halaman depan dan
samping rumah menjadi perkebunan aquaponic skala kecil. Di bagian bawah, ada
kolam ikan dari beton. Bagian atas bersusun paralon ukuran empat inchi sebagai
wadah menanam aneka sayuran.
Sebenarnya, sistem perkebunan
semacam ini sudah lama diadopsi sejumlah negara dengan sumber daya lahan
terbatas. Ia semacam teknologi budidaya terpadu antara ikan dan tanaman.
Teknologi terapan ini irit lahan dan air, hingga mudah diterapkan di perkotaan
dengan lahan sempit.
Banyak keuntungan bisa dipetik dari
penerapan aquaponic ini. Biaya produksi rendah dan hasil sangat tinggi.
Sistem ini bisa menekan laju pencemaran lingkungan. “Biaya awal sekadar ongkos
pembelian semen, paralon, dan lain-lain. Beberapa kebutuhan bisa dipenuhi dengan
barang bekas seperti gelas air mineral.”
Mering mulai menerapkan aquaponic
sekitar lima bulan terakhir. Awalnya, panen perdana hanya kangkung. Kini,
sayuran lain seperti daun bawang, sawi kampung, cabai, dan kacang panjang mulai
ditanam.
Dia juga membudidayakan nila dan
lele. Dia pelihara lele indukan, dan berkembang biak. Mering membuat beberapa
kolam ikan dari beton. Lalu membangun semacam rak di bagian atas sebagai
penyangga pipa paralon ukuran empat inchi. Pada tubuh pipa bagian atas
dilubangi dengan ukuran disesuaikan kebutuhan. Lubang itu sebagai wadah menanam
aneka sayuran.
“Bak ikan dipasangi airator yang
biasa digunakan di akuarium. Air dari bak ikan naik dan mengairi pipa paralon
sebagai wadah tanam sayuran. Akar-akar sayuran akan menyaring air bekas ikan
ini sekaligus menjadi pupuk. “Air yang kembali ke bak bersih lagi untuk
pertumbuhan ikan,” kata Mering.
Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Aquaponic-1.jpg
Upaya Mering ini tak hanya
mengurangi beban biaya dapur, juga efek lain. “Suara gemericik air dari kolam,
bisa menjadi sarana hiburan tersendiri. Nyaman, terutama saat beristirahat
malam hari.”
Layak Ditiru
Cory Simbolon dari Pontianak Berkebun
mengapresiasi inisiatif Mering. “Sangat brilian karena bisa memanfaatkan lahan
terbatas untuk kepentingan lebih bermanfaat. Saya bisa pastikan dia sekeluarga
mandiri pangan, terutama sayuran dan ikan.”
Di Pontianak, kata Cory, peluang
menerapkan pola perkebunan aquaponic sangat besar, terutama mereka yang hidup
rumah toko (ruko). Bahkan, bila perlu setiap rumah punya aquaponic. Menurut
dia,. Cara ini guna mengurangi konsumsi sayuran berpestisida dan beban dapur.
Aquaponic, katanya, sangat
bermanfaat bagi kesehatan, lingkungan, sekaligus menjadi jaring pengaman
dompet. Sayuran melalui aquaponic itu murni organik. Aquaponic tak perlu
menggunakan lahan luas dan hemat penggunaan air. Sedangkan urusan biaya dapur,
tak perlu merogoh kocek sekadar membeli cabai di pasar.
“Bisa kita lihat jika sejumlah
sayuran di pasar tradisional Pontianak berasal dari luar kota atau pulau.
Berapa banyak emisi karbon dilepas di sepanjang jalur yang dilintasi moda
transportasi sayuran itu? Pontianak sudah menjadi kota dengan jalur karbon
tinggi. Belum lagi soal harga sayuran yang meroket,” kata Cory.
Sementara, hasil penelusuran di
sejumlah pasar tradisional Pontianak, Kamis (3/4/14), harga kangkung dan sawi
berkutat Rp2.000 per ikat. Seikat sawi berisi tiga batang. Harga bawang merah
Rp16 ribu per kilogram. Harga cabai meloncat tinggi, antara Rp90 ribu hingga
Rp110 ribu per kilogram.
“Saya tak ngerti kenapa harga
cabai sangat tinggi. Dasarnya dari agen harga sudah tinggi. Mungkin jauh di
luar kota,” kata Nursiah, pedagang sayur di Pasar Flamboyan, Pontianak.
Menurut Nursiah dan pedagang
lain, sayuran dan bumbu di pasar Pontianak dari luar kota. Bahkan, beberapa
jenis sayuran seperti kentang, kol, wortel, brokoli, didatangkan dari Jawa
dengan kapal laut.
Fakta itu menunjukkan, penggunaan
kendaraan bermotor, baik truk maupun kapal masih tinggi.
Aquaponic skala besar, tetap hemat
lahan dan ramah lingkungan.
Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Aquaponic-3-Skala-Besar.jpg
Hasil kajian A Tri Tugaswati dari
Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, menyebutkan, emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa
kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimia itu tergantung kondisi mengemudi,
jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi, dan faktor lain.
Kendati gas buang kendaraan bermotor
terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida,
dan uap air, namun terdapat senyawa berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan.
Bahan pencemar terutama terdapat di
dalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), senyawa
hindrokarbon, oksida nitrogen (NOx), sulfur (SOx), dan partikulat debu,
termasuk timbel (PB).
Dukungan pemerintah
Pemerintah Pontianak menyambut baik
jika ada inisiatif warga menciptakan ruang terbuka hijau di kediaman masing-masing.
“Sejumlah program bersentuhan langsung dengan lingkungan sudah kita terapkan.
Misal, penghijauan dan penanggulangan sampah perkotaan,” kata Uray Indra Mulya,
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak.
Menurutnya, kebijakan Pemerintah
Pontianak lain yang pro-lingkungan sudah diterapkan. Antara lain, jika ada
warga baru mendirikan bangunan, wajib menyediakan 10 persen lahan untuk ruang
terbuka hijau. “Ini sudah kita koordinasikan dengan Pemerintah Kalbar agar bisa
menjadi kebijakan regional.”
Hidayati, Kepala Dinas Pertanian,
Perkebunan, dan Perikanan Kota Pontianak, akan mempelajari sistem aquaponic
ini. “Jika memungkinkan, pola ini bisa menjadi salah satu model bagi
kemandirian pangan masyarakat perkotaan.”
Produk sayur mayur, dan bumbu di
Pontianak, seperti cabai, masih dipenuhi dari daerah lain. Dengan kesadaran
aquaponic, warga bisa penuhi keperluan mandiri dengan menanam sendiri.
Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/aquaponic4-Cabai-di-Pasar-Flamboyan.jpg
Nama: Mahmud Ismail
NIM : 13169
Sumber Artikel: http://www.mongabay.co.id/2014/04/05/kala-halaman-rumah-sempit-disulap-jadi-kebun-sayur-dan-budidaya-ikan/
Langganan:
Postingan (Atom)