Batman Begins - Diagonal Resize 2

Jumat, 07 November 2014

Bermutu Setelah Berselimut



Sumber : http://kitapertaniandampit.blogspot.com/
Hasilkan pisang mas kirana 90% kelas A
            Shohibul Fatah tak main-main membudidayakan 620 tanaman pisang mas kirana di lahan 3,25 hektar. Perkebunan di Desa Kampung tepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu membuang sisir paling bawah sepekan pasca pembentukan buah kemudian membungkus seluruh tandan buah dengan karung beras. Banyak pekebun pisang yang meledeknya. Lazimnya budidaya pisang konvensional hanya tanam, tanpa perawatan lalu panen. “Tanpa dirawat saja bisa laku, ngapain repot-repot membungkus buah,” kata Shohibul Fatah menirukan ledekan pekebun itu. Menurut Shobib pembuangan sisir buah paling bawah jika buah rusak atau tidak normal, sehingga rugi jika merawatnya sampai panen. “Mending nutrisinya diserap buah yang masih sehat,” kata Shohib. Pembungkusan buah berfungsi mencegah serangan hama dan penyakit. Peneliti pisang dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika di Solok, Sumatera Barat, Drs. Edison HS mengatakan, “Pembungkusan membuat buah pisang tetap mulus dan sehat, bermanfaat juga untuk mencegah hewan-hewan pemakan buah seperti kelelawar” kata Edison.
Mulus
            Menurut Edison dengan membungkus buah, pisang terlindung dari serangga-serangga yang membawa bakteri Pseudomonas solanacearum, penyebab penyakit layu bakteri. Serangga-serangga itu seperti ngengat dan lebah. Selain terhindar dari serangan layu bakteri, kulit buah juga tetap bersih dari bercak-bercak kehitaman. Edison mengatakan bahwa bercak hitam itu berasal dari ngengat kudis Nacola ostasema. “Ngengat menyerang pisang dengan meletakkan telur dalam buah sehingga buah menjadi rusak dan busuk,” tuturnya. Pengendalian hama itu bisa dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif provenovos dengan dosis sesuai dikemasan. Penyemprotan dilakukan pada Bungan yang baru mekar agar residu pestisida sudah hilang saat panen sehingga pisang aman untuk dikonsumsi. Pekebun menuai pisang 3,5 bulan pasca mekar bunga.
            Menurut Edison hama lain adalah penggerek batang Odoiporus longicolis. Serangan penggerek batang dapat menyebabkan tanaman pisang tumbang. Akibatnya tidak bisa panen. Ciri-cirinya yaitu ditandai dengan munculnya lubang di sepanjang batang semu. Pengendaliannya yaitu dengan menyuntikkan insektisida berbahan aktif provenovos pada batang tanaman dengan dosis penyemprotan sesuai kemasan. Menurut Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Lili SP MMA, pekebun patut mewaspadai hama ulat pengggulung daun Erionata thrax. Kerugian yang dibuat bisa mencapai 70%. Cara menangulangi hama tersebut menurut Lili adalah dengan pengontrolan kebun.
            Shohib membudidayakan pisang secara intensif. Ia memberikan pupuk 4 bulan sekali berupa pupuk kandang kambing dengan dosis 15 kg per tanaman. Selain Shohib juga ada Muhammad Alianto, pekebun pisang mas kirana di Tirtoyudho, Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga melakukan budidaya pisang mas kirana secara intensif.

sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/50f0f3bb0176083420000005/wts-hasil-olahan-pisang
Grade
            Selain membungkus dan menyeleksi buah, Alianto juga memberikan pupuk campuran NPK, SP-36 dan Phonska dengan perbandingan 1:1:1. Dosisnya segenggam per tiga bulan per tanaman. Ia menaburkan pupuk itu disekeliling batang. Selain itu ia juga memangkas daun-daun tua setengah bulan sekali. Ali juga menyemprotkan insektisida berbahan aktif Sipermetrin sebelum membungkus buah dengan dosis disesuaikan dengan yang tertera pada kemasan.
            Budidaya intensif menghasilkan pisang mas kirana berkualitas tinggi. “Jika perawatan intensif, 90% bisa masuk grade A,” kata Ali. Sebaliknya jika perwatan kurang intensif terutama soal pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, bobot pisang bisa dibawah 800 gram dan tidak mulus sehingga tidak masuk grade A yang harganya jauh lebih tinggi dari grade B atau C. Menurut Rully Hardiansyah, manajer pengembangan, PT Sewu Segar Nusantara di Tangerang, Provinsi Banten, pihaknya hanya menerima pisang mas kirana dalam dua kelas. Kelas A berbobot diatas 800 gram per sisir dengan toleransi kecacatan kulit makasimal 10%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir sempurna. Kelas B berbobot diatas 600 gram dengan toleransi kecacatan kulit maksimal 15%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir toleransi maksimal 20%.
Lebih untung
            Alianto dan Shohib memanen pisang mas kirana dengan tingkat kematangan 70-80%, atau saat umur pisang sekitar 11 bulan pasca tanam. Mereka menghasilkan pisang mas kirana berkualitas tinggi, yakni 80-90% masuk kelas A. Meski berkualitas tinggi, biaya produksi relatif rendah. Menurut Shohib biaya produksi hanya Rp 15.000,00-Rp20.000,00 per tanaman per tahun. Biaya tersebut sudah termasuk bibit, pupuk, dan tenaga kerja tanpa sewa lahan. Pada tahun kedua ia tidak lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit karena mengandalkan anakan. Satu tanaman rata-rata memiliki 3 anakan. Biaya produksi mencapai Rp 3.500,00 per tanaman.
            Ditambah pembelian karung beras seharga Rp 1.000,00 dan dapat dipakai 2-3 kali, sehingga biaya per tanaman bisa mencapai Rp 4.000,00. Menurut Shohib dengan total 620 tanaman, ia bisa memanen 20 tandan dari 20 batang atau 100 kg per minggu karena bobot per tandan mencapai 5-6 kg. Dari 100 kg, 94 kg masuk kelas A dengan harga Rp 5.700,00 per kg, sementara sisanya 6 kg masuk kelas B dengan harga Rp 3.000,00 per kg. Keuntungan Shohib Rp 553.800,00 dikurangi biaya produksi Rp 4.000,00 per pohon maka keuntungan bersihnya Rp 473.800,00. Dengan budidaya intensif keuntungan shohib bertambah Rp 91.800,00 per pecan dan bisa lebih besar lagi jika jumlah pohon yang ia tanam lebih banyak. (Bondan Setyawan)

Nama : Nindy Sevirasari
NIM : 13257
Sumber : Trubus 533 - April 2014/XLV. Hal. 82-83.

1 komentar:

  1. Anasilis Cyber Extention

    Nama : Bio Gama R
    NIM : 13448
    Golongan : B4
    Kelompok : 1

    A. Sumber Teknologi atau Ide
     Menurut saya, artikel ini sudah pernah dibicarakan di berbagai berita, tetapi bersifat mengembangkan ide yang sudah jarang sekali dilakukan oleh para petani pekebun pisang lainnya. Teknik untuk menutup buah dengan menggunakan karung plastik merupakan teknik alami untuk budidaya tanaman.
    B. Secara Informasi
     Secara langsung informasi ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada para petani yang khususnya membudidayakan tanaman pisang. Selain itu informasi ini secara langsung juga mengajak para petani pembudidaya pisang untuk menerapkan teknik menutup buah dengan menggunakan karung plastik karena ramah lingkungan dan lebih menguntungkan dalam segi hasil produksi.
     Secara tidak langsungnya adalah penyuluh bidang pertanian dan penyuluh swadaya. Selain itu juga kepada pemilik modal besar yang ingin mengembangkan usaha perkebunan pisang.
    C. Adaya Manfaat.
     Menurut saya dengan adanya informasi ini dapat membantu petani dalam masalah budidaya tanaman pisang. Penerapan teknik membungkus buah ini mempunyai manfaat antara lain adalah pisang terlindung dari serangga-sarangga pembawa bakteri, menjaga kulit buah tetap bersih dari bercak-bercak hitam dan serangan hama pengerek batang.
     Petani dapat menjaga kearifan lokal dan lingkungan dari pestisida kimia yang dapat merusak lingkungan dan biasa digunakan untuk memberantas hama dan penyakit. Selain itu, hasil yang panen yang didapatkan juga menguntungkan karena bobotnya yang besar dan kualitasnya yang baik.
    D. Nilai Pendidikan.
     Menurut saya artikel ini mengandung nilai pendidikan seperti penerapan teknik menutup buah dapat meminilalisir penggunaan pestisida kimia. Penerapan teknik ini jika dikembangkan lagi dapat membantu petani pisang atau menjadi solusi untuk budidaya tanaman secara organik.
     Tanaman pisang merupakan tanaman buah-buahan yang mengandung banyak nutrisi bagi tubuh. Kebutuhan nutrisi manusia sangat beragam sehingga kualitas dari hasil perkebunan pisang harus terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut.

    Nilai berita yang disampaikan
     Proximity : tulisan ini bersifat dekat dengan petani karena banyak petani pisang yang
    sudah menerapkan teknik budidaya ini.
     Importance : Tulisan ini penting menurut saya, karena bersifat memberikan informasi
    tentang penaggulangan hama secara alami, dan juga dapat meningkatkan hasil produksi tanaman pisang melalui teknik tersebut.
     Consequence : Artikel ini memberikan solusi bagi petani pisang untuk membudidayakan
    pisang dengan teknik menutup buah. Solusi yang ditawarkan oleh artikel ini adalah pengendalian hama secara alami kepada para petani pisang lainnya dan mendapatkan keuntungan yang besar.
     Policy : menurut saya artikel ini juga memberikan solusi kepada petani yang ingin
    membudidayakan tanaman pisang dalam hal pengendalian hama penyakit tumbuhan secara alami dan lebih menuju pertanian organik.
     Development : Peningkatan jumlah produksi panen biasanya para petani kebanyakan
    menggunakan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Namun, dengan penerapan teknik ini petani tidak perlu menggunakan pestisida kimia karena hama dan penyakit dapat dicegah menggunakan teknik penutupan buah ini. Maka hal ini selaras dengan program pemerintah yang sedang berjalan yaitu penerapan pertanian yang berkelanjutan.
     Conflict : Menurut saya dalam artikel ini terdapat konflik yaitu petani yang sudah
    sering menggunakan pestisida untuk membasmi hama dan penyakit harus beralih menggunakan cara alami membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dengan pengalaman-pengalaman yang sudah bertahun-tahun menggunakan pestisida kimia untuk berubah mengguanakan cara-cara yang alami.

    BalasHapus