Batman Begins - Diagonal Resize 2

Sabtu, 08 November 2014

Budidaya Sayuran Hidroponik, Dua Tahun Kembali Modal

Berkembangnya pasar swalayan dan hotel berbintang di Kota Bandarlampung ikut mengerek permintaan terhadap sayuran segar dan berkualitas. Peluang pasar ini dimanfaatkan warga Bandarlampung untuk menanam sayuran dengan sistem hidroponik di tengah kota. Salah satu warga yang jeli menangkap peluang tersebut adalah Endrawati, Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan Langkapura, Kota Bandarlampung. Dengan merogoh kocek sebesar Rp50 juta, ia membuka kebun sayuran sistem hidroponik pada lahan seluas 300 m2 di ibukota Provinsi Lampung sejak 2012. Modal sebesar itu cukup untuk membangun 22 meja (kotak) untuk menanam sayuran. 

 Sumber: http://www.rumahku.com/berita/read/cara-menanam-hidroponik-407452

Panen Dua Hari Sekali
Endrawati terinspirasi untuk membuka kebun sayuran tersebut lantaran menyaksikan usaha serupa yang dikembangkan kerabatnya di Pondok Cabe, Tangerang, Banten. “Berkebun sayuran hidroponik tidak membutuhkan lahan yang luas, praktis karena sayuran ditanam pada pipa-pipa dialiri air yang sudah diberi nutrisi. Lalu juga tidak butuh banyak tenaga kerja,” ujar Endrawati kepada AGRINA di kebunnya.

Jadi, lanjut Endrawati, kebun sayuran hidroponik merupakan solusi di kawasan perkotaan yang lahannya terbatas. Apalagi permintaan sayuran hidroponik nonpestisida terus berkembang. Di lahan bekas tanaman buah naga, ia menanam sayuran impor dan lokal. Sayuran impor berupa aneka selada, yakni jenis Cristine (selada air), Locarno (selada daun kecil), Concorde (selada merah), Monday (selada merah), dan Tiberius (selada daun lebar). Bibit sayuran impor ini dipesannya dari Belanda. Sedangkan sayuran lokalnya antara lain kangkung.

 Sumber: http://budidayahidroponik.blogspot.com/2014_02_01_archive.html

Pembibitan dan penanaman sayuran dilakukan pada talang yang diatur dengan sirkulasi air tetap terkontrol dari satu bak menggunakan pompa secara terus menerus. Khusus untuk air, harus berasal dari sumur bor, bukan air PDAM. Pasalnya, air PDAM mengandung berbagai zat kimia bisa sehingga jika digunakan sebagai sumber air, sayurannya tidak akan tumbuh baik.
 
Pola tanamnya diatur sedemikian rupa sehingga panen bisa dilakukan dua hari sekali. Satu siklus tanaman sekitar 40 hari. Untuk memelihara kebun sayurannya, wanita setengah baya ini mempekerjakan empat orang tenaga kerja. Ini sudah termasuk tenaga untuk mengantar sayuran ke pelanggannya.

Sumber artikel: http://agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=5242

Nama        : Fitri Nuur Ainii
NIM          : 13100
Gol/Kel     : B4 / 2

Jumat, 07 November 2014

Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah

Oleh : Warsana, SP. MSi 



Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. 

Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. 

Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal. 

Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal. 

Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan. 

Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan. 

Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.  



Introduksi Teknologi Tumpangsari 
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak tergenang. 

Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah, varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam). 

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP- 36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah. 

Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam. Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya. 
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam. 
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun penghisap daun. 

Panen Pemanenan tanaman jagung dapat dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 90 hari, dengan tanda-tanda biji jagung cukup tua untuk dipanen, yaitu: klobot telah berwarna kuning kecoklatan, bila dikupas biji terlihat mengkilap dan bila ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas. 

Cara panen dilakukan dengan menyabit batang jagung setinggi pinggang, kemudian jagung langsung dipetik dan dikupas klobotnya dijemur sampai kadar air 12%, saat menjemur jangan membiarkan tongkol jagung terhampar di atas tanah tanpa diberi alas karena akan mudah terkontaminasi jamur. Biji yang telah kering dipipil dan kemudian ditampi, dan kemudian dimasukkan ke dalam karung yang bersih dan jagung sudah siap untuk dijual. 

Tanaman kacang tanah siap untuk dipanen apabila telah berumur kurang lebih 100 hari. Adapun tanda-tanda tanaman siap panen, antara lain: tanaman telah tua sebagian besar daun telah menguning, bila dicabut 75% polong telah
mengeras dan guratan kulit polong terlihat nyata, bila polong dikupas warna bagian dalam kulit kehitaman. 

Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman. Untuk menghindari banyak polong yang tertinggal dalam tanah maka diusahakan panen pada saat tanah lembab atau basah, kalau kondisi tanah kering sebelum dipanen sebaiknya tanah disiram air telebih dahulu. Setelah itu tanaman dicabut dan ditumpuk dengan rapi dipinggir lahan sampai tanaman selesai dicabut. 

Petiklah polong dengan hati-hati, dan sekaligus saat pemetikan polong ini disortir polong cacat, busuk ataupun kosong dibuang. Setelah itu polong-polong kacang tanah dikumpukan dan kemudian dijemur di bawah terik matahari. Pada kondisi matahari cerah, polong sudah cukup kering setelah dijemur ke dalam karung yang bersih, dan siap untuk disimpan ataupun dipasarkan. 




Oleh: Warsana, SP. MSi  Penulis adalah Penyuluh Pertanian di BPTP Jawa Tengah 


Sumber artikel:   http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/234/
Sumber gambarabcmagron.blogspot.com



Nama     : Hastarina Nurul Mulia
Golongan B4 kelompok 2
Nim: 13333

Bermutu Setelah Berselimut



Sumber : http://kitapertaniandampit.blogspot.com/
Hasilkan pisang mas kirana 90% kelas A
            Shohibul Fatah tak main-main membudidayakan 620 tanaman pisang mas kirana di lahan 3,25 hektar. Perkebunan di Desa Kampung tepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu membuang sisir paling bawah sepekan pasca pembentukan buah kemudian membungkus seluruh tandan buah dengan karung beras. Banyak pekebun pisang yang meledeknya. Lazimnya budidaya pisang konvensional hanya tanam, tanpa perawatan lalu panen. “Tanpa dirawat saja bisa laku, ngapain repot-repot membungkus buah,” kata Shohibul Fatah menirukan ledekan pekebun itu. Menurut Shobib pembuangan sisir buah paling bawah jika buah rusak atau tidak normal, sehingga rugi jika merawatnya sampai panen. “Mending nutrisinya diserap buah yang masih sehat,” kata Shohib. Pembungkusan buah berfungsi mencegah serangan hama dan penyakit. Peneliti pisang dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika di Solok, Sumatera Barat, Drs. Edison HS mengatakan, “Pembungkusan membuat buah pisang tetap mulus dan sehat, bermanfaat juga untuk mencegah hewan-hewan pemakan buah seperti kelelawar” kata Edison.
Mulus
            Menurut Edison dengan membungkus buah, pisang terlindung dari serangga-serangga yang membawa bakteri Pseudomonas solanacearum, penyebab penyakit layu bakteri. Serangga-serangga itu seperti ngengat dan lebah. Selain terhindar dari serangan layu bakteri, kulit buah juga tetap bersih dari bercak-bercak kehitaman. Edison mengatakan bahwa bercak hitam itu berasal dari ngengat kudis Nacola ostasema. “Ngengat menyerang pisang dengan meletakkan telur dalam buah sehingga buah menjadi rusak dan busuk,” tuturnya. Pengendalian hama itu bisa dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif provenovos dengan dosis sesuai dikemasan. Penyemprotan dilakukan pada Bungan yang baru mekar agar residu pestisida sudah hilang saat panen sehingga pisang aman untuk dikonsumsi. Pekebun menuai pisang 3,5 bulan pasca mekar bunga.
            Menurut Edison hama lain adalah penggerek batang Odoiporus longicolis. Serangan penggerek batang dapat menyebabkan tanaman pisang tumbang. Akibatnya tidak bisa panen. Ciri-cirinya yaitu ditandai dengan munculnya lubang di sepanjang batang semu. Pengendaliannya yaitu dengan menyuntikkan insektisida berbahan aktif provenovos pada batang tanaman dengan dosis penyemprotan sesuai kemasan. Menurut Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Lili SP MMA, pekebun patut mewaspadai hama ulat pengggulung daun Erionata thrax. Kerugian yang dibuat bisa mencapai 70%. Cara menangulangi hama tersebut menurut Lili adalah dengan pengontrolan kebun.
            Shohib membudidayakan pisang secara intensif. Ia memberikan pupuk 4 bulan sekali berupa pupuk kandang kambing dengan dosis 15 kg per tanaman. Selain Shohib juga ada Muhammad Alianto, pekebun pisang mas kirana di Tirtoyudho, Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga melakukan budidaya pisang mas kirana secara intensif.

sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/50f0f3bb0176083420000005/wts-hasil-olahan-pisang
Grade
            Selain membungkus dan menyeleksi buah, Alianto juga memberikan pupuk campuran NPK, SP-36 dan Phonska dengan perbandingan 1:1:1. Dosisnya segenggam per tiga bulan per tanaman. Ia menaburkan pupuk itu disekeliling batang. Selain itu ia juga memangkas daun-daun tua setengah bulan sekali. Ali juga menyemprotkan insektisida berbahan aktif Sipermetrin sebelum membungkus buah dengan dosis disesuaikan dengan yang tertera pada kemasan.
            Budidaya intensif menghasilkan pisang mas kirana berkualitas tinggi. “Jika perawatan intensif, 90% bisa masuk grade A,” kata Ali. Sebaliknya jika perwatan kurang intensif terutama soal pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, bobot pisang bisa dibawah 800 gram dan tidak mulus sehingga tidak masuk grade A yang harganya jauh lebih tinggi dari grade B atau C. Menurut Rully Hardiansyah, manajer pengembangan, PT Sewu Segar Nusantara di Tangerang, Provinsi Banten, pihaknya hanya menerima pisang mas kirana dalam dua kelas. Kelas A berbobot diatas 800 gram per sisir dengan toleransi kecacatan kulit makasimal 10%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir sempurna. Kelas B berbobot diatas 600 gram dengan toleransi kecacatan kulit maksimal 15%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir toleransi maksimal 20%.
Lebih untung
            Alianto dan Shohib memanen pisang mas kirana dengan tingkat kematangan 70-80%, atau saat umur pisang sekitar 11 bulan pasca tanam. Mereka menghasilkan pisang mas kirana berkualitas tinggi, yakni 80-90% masuk kelas A. Meski berkualitas tinggi, biaya produksi relatif rendah. Menurut Shohib biaya produksi hanya Rp 15.000,00-Rp20.000,00 per tanaman per tahun. Biaya tersebut sudah termasuk bibit, pupuk, dan tenaga kerja tanpa sewa lahan. Pada tahun kedua ia tidak lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit karena mengandalkan anakan. Satu tanaman rata-rata memiliki 3 anakan. Biaya produksi mencapai Rp 3.500,00 per tanaman.
            Ditambah pembelian karung beras seharga Rp 1.000,00 dan dapat dipakai 2-3 kali, sehingga biaya per tanaman bisa mencapai Rp 4.000,00. Menurut Shohib dengan total 620 tanaman, ia bisa memanen 20 tandan dari 20 batang atau 100 kg per minggu karena bobot per tandan mencapai 5-6 kg. Dari 100 kg, 94 kg masuk kelas A dengan harga Rp 5.700,00 per kg, sementara sisanya 6 kg masuk kelas B dengan harga Rp 3.000,00 per kg. Keuntungan Shohib Rp 553.800,00 dikurangi biaya produksi Rp 4.000,00 per pohon maka keuntungan bersihnya Rp 473.800,00. Dengan budidaya intensif keuntungan shohib bertambah Rp 91.800,00 per pecan dan bisa lebih besar lagi jika jumlah pohon yang ia tanam lebih banyak. (Bondan Setyawan)

Nama : Nindy Sevirasari
NIM : 13257
Sumber : Trubus 533 - April 2014/XLV. Hal. 82-83.

Kamis, 06 November 2014

Kala Halaman Rumah Sempit Disulap Jadi Kebun Sayur dan Budidaya Ikan




Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Aquaponic-2.jpg
Lahan halaman rumah sempit tak membuat Asriyadi Alexander Mering, warga Kelurahan Tanjung Hulu, Kecamatan Pontianak Timur, Pontianak, ini urung bercocok tanam. “Tak perlu mimpi besar menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi keluarga.” Begitu kata pria yang pernah aktif di dunia jurnalistik ini.
Bagaimana caranya? Mering membuat perkebunan aquaponic di halaman rumah yang sempit. Alhasil, suasana rumah menjadi sejuk, dan hijau. Kebutuhan pangan keluargapn terpenuhi bahkan menghasilkan. “Urusan dapur, amanlah. Sayur yang kita konsumsi pun semua organik. Mau makan lele atau nila, kita sudah budidaya,” katanya Selasa (1/4/14).
Mering menyulap halaman depan dan samping rumah menjadi perkebunan aquaponic skala kecil. Di bagian bawah, ada kolam ikan dari beton. Bagian atas bersusun paralon ukuran empat inchi sebagai wadah menanam aneka sayuran.
Sebenarnya, sistem perkebunan semacam ini sudah lama diadopsi sejumlah negara dengan sumber daya lahan terbatas. Ia semacam teknologi budidaya terpadu antara ikan dan tanaman. Teknologi terapan ini irit lahan dan air, hingga mudah diterapkan di perkotaan dengan lahan sempit.
Banyak keuntungan bisa dipetik dari penerapan aquaponic ini.  Biaya produksi rendah dan hasil sangat tinggi. Sistem ini bisa menekan laju pencemaran lingkungan. “Biaya awal sekadar ongkos pembelian semen, paralon, dan lain-lain. Beberapa kebutuhan bisa dipenuhi dengan barang bekas seperti gelas air mineral.”
Mering mulai menerapkan aquaponic sekitar lima bulan terakhir. Awalnya, panen perdana hanya kangkung. Kini, sayuran lain seperti daun bawang, sawi kampung, cabai, dan kacang panjang mulai ditanam.
Dia juga membudidayakan nila dan lele. Dia pelihara lele indukan, dan berkembang biak. Mering membuat beberapa kolam ikan dari beton. Lalu membangun semacam rak di bagian atas sebagai penyangga pipa paralon ukuran empat inchi. Pada tubuh pipa bagian atas dilubangi dengan ukuran disesuaikan kebutuhan. Lubang itu sebagai wadah menanam aneka sayuran.
“Bak ikan dipasangi airator yang biasa digunakan di akuarium. Air dari bak ikan naik dan mengairi pipa paralon sebagai wadah tanam sayuran. Akar-akar sayuran akan menyaring air bekas ikan ini sekaligus menjadi pupuk. “Air yang kembali ke bak bersih lagi untuk pertumbuhan ikan,” kata Mering.

Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Aquaponic-1.jpg
Upaya Mering ini tak hanya mengurangi beban biaya dapur, juga efek lain. “Suara gemericik air dari kolam, bisa menjadi sarana hiburan tersendiri. Nyaman, terutama saat beristirahat malam hari.”
Layak Ditiru
Cory Simbolon dari Pontianak Berkebun mengapresiasi inisiatif Mering. “Sangat brilian karena bisa memanfaatkan lahan terbatas untuk kepentingan lebih bermanfaat. Saya bisa pastikan dia sekeluarga mandiri pangan, terutama sayuran dan ikan.”
Di Pontianak, kata Cory, peluang menerapkan pola perkebunan aquaponic sangat besar, terutama mereka yang hidup rumah toko (ruko). Bahkan, bila perlu setiap rumah punya aquaponic. Menurut dia,. Cara ini guna mengurangi konsumsi sayuran berpestisida dan beban dapur.
Aquaponic, katanya, sangat bermanfaat bagi kesehatan, lingkungan, sekaligus menjadi jaring pengaman dompet. Sayuran melalui aquaponic itu murni organik. Aquaponic tak perlu menggunakan lahan luas dan hemat penggunaan air. Sedangkan urusan biaya dapur, tak perlu merogoh kocek sekadar membeli cabai di pasar.
“Bisa kita lihat jika sejumlah sayuran di pasar tradisional Pontianak berasal dari luar kota atau pulau. Berapa banyak emisi karbon dilepas di sepanjang jalur yang dilintasi moda transportasi sayuran itu? Pontianak sudah menjadi kota dengan jalur karbon tinggi. Belum lagi soal harga sayuran yang meroket,” kata Cory.
Sementara, hasil penelusuran di sejumlah pasar tradisional Pontianak, Kamis (3/4/14), harga kangkung dan sawi berkutat Rp2.000 per ikat. Seikat sawi berisi tiga batang. Harga bawang merah Rp16 ribu per kilogram. Harga cabai meloncat tinggi, antara Rp90 ribu hingga Rp110 ribu per kilogram.
“Saya tak ngerti kenapa harga cabai sangat tinggi. Dasarnya dari agen harga sudah tinggi. Mungkin jauh di luar kota,” kata Nursiah, pedagang sayur di Pasar Flamboyan, Pontianak.
Menurut  Nursiah dan pedagang lain, sayuran dan bumbu di pasar Pontianak dari luar kota. Bahkan, beberapa jenis sayuran seperti kentang, kol, wortel, brokoli, didatangkan dari Jawa dengan kapal laut.
Fakta itu menunjukkan, penggunaan kendaraan bermotor, baik truk maupun kapal masih tinggi.

Aquaponic skala besar, tetap hemat lahan dan ramah lingkungan.
Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Aquaponic-3-Skala-Besar.jpg
Hasil kajian A Tri Tugaswati dari Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, menyebutkan, emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimia itu tergantung kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi, dan faktor lain.
Kendati gas buang kendaraan bermotor terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida, dan uap air, namun terdapat senyawa berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan.
Bahan pencemar terutama terdapat di dalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), senyawa hindrokarbon, oksida nitrogen (NOx), sulfur (SOx), dan partikulat debu, termasuk timbel (PB).
Dukungan pemerintah
Pemerintah Pontianak menyambut baik jika ada inisiatif warga menciptakan ruang terbuka hijau di kediaman masing-masing. “Sejumlah program bersentuhan langsung dengan lingkungan sudah kita terapkan. Misal, penghijauan dan penanggulangan sampah perkotaan,” kata Uray Indra Mulya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak.
Menurutnya, kebijakan Pemerintah Pontianak lain yang pro-lingkungan sudah diterapkan. Antara lain, jika ada warga baru mendirikan bangunan, wajib menyediakan 10 persen lahan untuk ruang terbuka hijau. “Ini sudah kita koordinasikan dengan Pemerintah Kalbar agar bisa menjadi kebijakan regional.”
Hidayati, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan Kota Pontianak, akan mempelajari sistem aquaponic ini. “Jika memungkinkan, pola ini bisa menjadi salah satu model bagi kemandirian pangan masyarakat perkotaan.”
Produk sayur mayur, dan bumbu di Pontianak, seperti cabai, masih dipenuhi dari daerah lain. Dengan kesadaran aquaponic, warga bisa penuhi keperluan mandiri dengan menanam sendiri.
Sumber: http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2014/04/aquaponic4-Cabai-di-Pasar-Flamboyan.jpg

Nama: Mahmud Ismail
NIM  : 13169
Sumber Artikel: http://www.mongabay.co.id/2014/04/05/kala-halaman-rumah-sempit-disulap-jadi-kebun-sayur-dan-budidaya-ikan/